Terima kasih Tuhan, Engkau telah menyelamatkan diriku dari kepalsuan setiap cinta ini. Kuberikan kepada siapapun, di penghujungnya selalu mengecewakan. Selanjutnya, tidak mungkin lagi kuberikan kepada siapapun, kecuali kepadaMu saja, wahai Tuhan. Cinta ini kupersembahkan.
Aku tahu
Engkau cantik jelita. Aku tahu Engkau cantik jelita, tetapi tidak cukup hanya
dengan penampilan saja. Kecantikanmu akan semakin sempurna ketika Engkau dukung
didukung tutur kata yang santun. Untuk itu, jangan hanya mengandalkan parasmu,
tetapi perlu dibarengi dengan kesantunan berkomunikasi. Gara-gara salah ucap,
sehingga banyak orang yang sakit hati, suatu saat hatimu akan disakiti juga.
Sekalipun kadar sakitnya berbeda, tetapi reaksi biasanya lebih besar dari aksi.
Sampai
sekarang, aku masih ragu. Belum berani melangkah lebih jauh, sepertinya ada
dugaan bahwa dibalik kecantikan yang luar biasa, selalu ada konsekuensi besar.
Sekalipun ini belum aku percayai, mataku rindu ingin menatap kecantikanmu,
tetapi telingaku enggan mendengarkan ucapan-ucapanmu. Apakah perlu aku datang
menemui dirimu dengan telinga disumpah rapat dengan kapas putih? Tentu ini
sangat tidak layak, sebab walau bagaimanapun tingkatan cinta yang paling
tertinggi adalah memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada orang yang dicintai,
yaitu memberikan password untuk membuka segala rahasia hati.
Untuk sementara ini, dengan sengaja aku tenggelamkan diriku dalam kesibukan. Kesibukan yang dapat menghabiskan waktu itu semua kulakukan untuk mendapat kenyamanan hati, sehingga aku tidak terlalu merindukan dirimu dan tidak sakit telinga mendengarkan ocehanmu.
Sikapku
seperti ini bukan hanya terhadap dirimu saja, tetapi kepada siapapun yang
penting. Yang penting aku tidak pernah menyakiti hati siapapun. Lalu, aku
biarkan saja siapapun untuk mempergunjingkan diriku, aku tidak peduli apapun
yang mereka katakan. Yang penting, aku ingin bahagia, sehingga aku tidak perlu
untuk mengintai keburukan keburukan orang lain.
Terhadap
dirimu, aku tidak dapat mengabaikan, karena aku merasakan sebagai keburukan
diriku sendiri. Boleh jadi demikian sebabnya, karena dirimu sudah menjadi
bagian dari diriku sendiri. Ketika aku memaafkan kesalahan orang lain, sama
sekali tidak dapat merubah masa lalu. Akan tetapi, sangat berguna untuk
membangun masa depanku. Terhadap dirimu, setelah aku memaafkan
kesalahan-kesalahanmu, justru malah mempersambungkan masa laluku dengan masa
depanku.
Aku tidak
terbiasa kehilangan sesuatu. Aku sudah terbiasa kehilangan sesuatu, bahkan
sesuatu yang sangat berharga. Tetapi, aku tidak pernah merasa khawatir akan
kehilangan apapun, karena memang segala sesuatu diciptakan tidak untuk
selamanya. Tetapi, aku ingin mengatakan dengan sejujurnya, aku khawatir akan
kehilangan dirimu. Mungkin saja, dan bisa terjadi ketika seorang kehilangan
sesuatu, sudah tidak kecewa lagi sejak pernah kehilangan sesuatu yang sangat
berharga.
Mungkinkah itu terjadi pada diriku? Aku hanya minta satu tolong: volume suaramu diperkecil ketika berbicara. Tidak usah menjerit-jerit. Apakah orang baru paham bila Engkau memakai bahkan dengan suara lembutmu, orang lebih suka mendengarkan tuturmu, dan pasti Engkau akan nampak lebih cantik.
Pilihanku
sangat rasional dan bisa aku buktikan. Mendidik orang supaya beretika dalam
berbicara lebih gampang daripada mendidik orang supaya cantik jelita. Aku
berkhayal membayangkan dirimu sebagai perempuan yang mulutnya cantik dan
wajahnya. Cerita itu sangat mungkin terjadi. Aku yakin Engkau akan dapat
berubah, tidak memerlukan waktu lama, asal Engkau mau mendengarkan nasehatku.
Pertama,
hartamu adalah babumu, bukan majikanmu. Ketika hartamu menjadi babu, maka
babumu itu akan bekerja dengan baik, sangat taat dan setia. Tetapi ketika
hartamu sebagai majikan, maka majikanmu itu akan durjana dan sewenang-wenang.
Kedua, jangan sekali-kali mencari materi dengan mengorbankan persahabatan,
karena banyak sahabat akan banyak mendatangkan rezeki.
Ketiga,
jangan buang-buang waktu untuk menyusun alasan dan argumentasi untuk
membenarkan perilakumu. Karena orang lain juga punya bukti dan alasan untuk
menerima atau menolak alasan-alasanmu.
Keempat,
hendaknya banyak berbuat kebaikan kepada siapapun, karena kebaikanmu akan tetap
menjadi kenangan abadi. Ketika Engkau telah tiada, kelima, berbicaralah dengan
bahasa yang lembut dan santun kepada siapapun, karena setiap orang yang
berbicara dengan menjerit berarti orang itu tidak mau, tidak punya kemampuan
untuk menyampaikan isi hatinya dengan cara yang baik.
Keenam,
setiap perpisahan selalu meninggalkan luka di hati. Nanti, ketika luka itu
sembuh, hendaknya menjadi pelajaran penting bagi dirimu. Ketujuh, di masa
mendatang, Engkau harus berhati-hati ketika berbicara. Kehancuran di dunia
kebanyakan keluar dari mulut juga.
Komentar
Posting Komentar